BandungKesehatan

Percepat Penurunan Stunting, Kapus Caringin Hadiri Mini Lokakarya

×

Percepat Penurunan Stunting, Kapus Caringin Hadiri Mini Lokakarya

Sebarkan artikel ini
Percepat Penurunan Stunting, Kapus Caringin Hadiri Mini Lokakarya
Foto: Kepala Puskesmas (Kapus) UPT Caringin Kota Bandung, dokter Sri hadiri Mini Lokakarya. (Saipul/IndonesiaGlobal)

INDONESIAGLOBAL, BANDUNG – Kepala Puskesmas (Kapus) UPT Caringin Kota Bandung, dokter Sri hadiri Mini Lokakarya di Kecamatan Babakan Ciparay (Bacip). Membahas tindaklanjut pelaksanaan pencegahan kasus Stunting (Masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi), melalui lintas sektor dan lintas pihak, digelar di ruang rapat Kantor Kecamatan Bacip, Jumat 13 Oktober 2023 petang.

Turut hadir, Camat Babakan Ciparay Suparjo, Lurah Margahayu Utara Agus, Lurah Cirangrang, Iwan dan Tim Penggerak PKK Kecamatan Babakan Ciparay, serta para tamu undangan lain.

Kepala UPT Puskesmas Caringin, dokter Sri kepada IndonesiaGlobal, mengatakan kegiatan ini dilakukan guna pembahasan ekspos data stunting terupdate, dan pelaporan penanganan stunting.

Kata dia, “Mulai dari balita, ibu hamil dan menyusui di Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung,” juga untuk membantu menyelesaikan persoalan stunting dilakukan secara swadaya pun bekerja sama dengan pihak lain.

“Seperti di Kelurahan Margahayu Utara, yang bekerja sama dengan pihak swasta.” Selain itu, Kelurahan Babakan Ciparay, juga bekerjasama secara akademi dengan Universitas Padjajaran dalam Pemberian Makanan Tambahan (PMT), disalurkan dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.

Dalam kegiatan itu, ia menyebutkan puskesmas turut melakukan monitoring. “Jika hasilnya baik, tentunya akan menjadi contoh bagi empat kelurahan lainnya.” Dia juga menjelaskan, melihat proses penurunan angka stunting di wilayahnya ini, pihaknya mengaku optimis.

“Bahwa angka stunting di Kota Bandung bisa sesuai dengan diharapkan pemerintah, yaitu 14 persen.” Kemudian di Kelurahan Margahayu Utara, tahun sebelumnya angka stunting dinilai cukup besar. “Sekira 200, dan turun secara drastis melebihi 50 persen, atau diangka 39.

ADVERTISEMENTS
BANNER

Dan itu bisa terjadi karena proses validasi belum tuntas, “Sehingga angka itu dinilai cukup tinggi, mengakui dari segi sosial ekonomi, banyak orang tua yang tidak mampu,” sebut Sri.

Jadi, kata dia, orang tua dari sosial ekonomi banyak yang tidak mampu memberikan makanan cukup. Bukan itu saja,  juga akibat kurangnya pemahaman dalam pemilihan menu untuk anak-anaknya, berharap upaya penanganan stunting, tidak lepas dari edukasi.

Sebab, menurut dia, pemberian PMT ini merupakan support, atau bantuan sifatnya tambahan, tapi konsumsi keseharian itu juga harus diutamakan.

“Kepada orang tua memiliki balita, bisa lebih terbuka dalam menerima informasi berasal dari sumber jelas kompetensinya. Sehingga itu bisa diterapkan, dan tepat dalam pola asuh. Minimal memilih menu makanan untuk anak-anaknya,” pesan dokter Sri. (MAG)

Editor: DEPP