INDONESIAGLOBAL, LANGSA — Universitas Samudra (UNSAM) menyoroti ancaman serius terhadap akses pendidikan menengah hingga perguruan tinggi di Aceh Timur dan Aceh Tamiang akibat dampak banjir yang belum sepenuhnya pulih. Isu tersebut mengemuka dalam pertemuan UNSAM dengan Cabang Dinas Pendidikan Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang yang membahas sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) 2026, Kamis 18 Desember 2025.
Pertemuan yang digelar di Ruang Rapat Rektor UNSAM itu dihadiri Rektor UNSAM Prof. Dr. Ir. Hamdani, Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. Drs. Muhammad Natsir, serta jajaran pimpinan akademik UNSAM dan kepala cabang dinas pendidikan dari tiga wilayah terdampak.
Cabang Dinas Pendidikan Aceh Timur melaporkan bahwa banjir telah mengganggu aktivitas pembelajaran di sejumlah SMA dan SMK. Meski kerusakan fisik sekolah relatif terbatas, siswa menjadi kelompok paling terdampak akibat terputusnya listrik dan proses belajar yang tidak berjalan normal. Kondisi ini dinilai berpotensi menurunkan kesiapan siswa menghadapi jalur seleksi masuk perguruan tinggi, khususnya bagi mereka yang mengandalkan jalur prestasi dan bantuan pendidikan.
Di Kota Langsa, kondisi sekolah relatif lebih stabil. Namun, persoalan ekonomi keluarga pascabencana dinilai menjadi hambatan utama bagi lulusan SMA dan SMK untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Perbedaan ekspektasi siswa terhadap pilihan program studi juga menjadi tantangan tersendiri dalam proses sosialisasi PMB. Jalur talenta, bakat, serta KIP Kuliah disebut menjadi instrumen krusial untuk mencegah meningkatnya angka putus kuliah sejak awal.
Situasi paling berat dilaporkan terjadi di Aceh Tamiang. Banjir berdampak langsung pada sebagian besar satuan pendidikan, melumpuhkan listrik dan jaringan internet, serta menghambat pemutakhiran data pendidikan, termasuk PDSS. Ketidaksinkronan data antarsistem pendidikan bahkan berimbas pada persoalan administratif Tes Kemampuan Akademik (TKA), yang berpotensi menghambat hak siswa mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi secara adil.
Menanggapi kondisi tersebut, UNSAM menyatakan siap mengambil peran aktif dalam pemulihan sektor pendidikan. Dukungan yang disiapkan mencakup pendampingan teknis pemutakhiran data, fasilitasi koordinasi lintas lembaga, serta kebijakan akademik yang adaptif bagi calon mahasiswa dari wilayah terdampak bencana.
UNSAM menegaskan bahwa pemulihan pendidikan pascabencana tidak cukup diserahkan pada upaya sektoral. Tanpa koordinasi kuat antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan pendidikan, risiko hilangnya satu angkatan peserta didik dari akses pendidikan tinggi dinilai kian nyata. Sinergi kebijakan dinilai mendesak agar bencana tidak berujung pada krisis pendidikan yang berkepanjangan.
Editor: VID












