INDONESIAGLOBAL, LANGSA — Di sebuah ruang kerja sederhana di Universitas Samudra (UNSAM), Langsa, Aceh, Prof. Dr. Ir. Hamdani, tersenyum tenang. Hari itu, ia baru saja kembali dipercaya memimpin UNSAM untuk kedua kalinya. Keputusan senat universitas pada awal September 2025 mengukuhkan dirinya sebagai rektor periode 2025–2029, sebuah amanah yang menegaskan kepercayaan sivitas akademika terhadap kepemimpinannya.
“Ini bukan tentang jabatan, tapi tanggung jawab untuk meneruskan cita-cita menjadikan UNSAM kampus unggul di Aceh bagian timur,” kata Hamdani kepada wartawan usai pemilihan.
Dalam pemilihan rektor yang diikuti 43 anggota senat, Hamdani memperoleh 41 suara sah — angka mutlak yang jarang terjadi. Dukungan besar ini seolah menjadi refleksi dari reputasinya sebagai sosok akademisi yang tenang, rasional, dan konsisten membangun fondasi universitas negeri muda di ujung timur Aceh.
Dari Bireuen ke Langsa: Akademisi Teknik yang Teguh di Jalurnya
Lahir di Bireuen pada 7 November 1965, Hamdani menempuh jalan akademik yang panjang dan disiplin. Ia menamatkan pendidikan S1 Teknik Mesin di Universitas Syiah Kuala (USK), kemudian melanjutkan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB), dan menyelesaikan S3 di USK pada bidang ilmu teknik.
Di masa mudanya, Hamdani dikenal sebagai sosok yang teliti dan pekerja keras. Rekan-rekannya di fakultas teknik menyebut ia jarang berpidato panjang, tapi selalu bicara dengan data. “Beliau bukan tipe yang banyak bicara. Kalau sudah berbicara, pasti berdasarkan riset,” ujar salah satu dosen senior UNSAM yang mengenalnya sejak 1990-an.
Kariernya dimulai sebagai dosen teknik di USK. Namun, ketika Universitas Samudra mulai tumbuh di Langsa dan diusulkan menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pada 2013, Hamdani termasuk dalam barisan akademisi yang ikut menyiapkan fondasi awalnya.
Rektor Pertama di Masa Transisi
Hamdani pertama kali menjabat Rektor UNSAM periode 2021–2025. Masa itu menjadi fase krusial bagi universitas yang baru menapaki status negeri. Ia harus mengatur sistem keuangan, akademik, dan sumber daya manusia — hampir semuanya dimulai dari nol.
Di bawah kepemimpinannya, UNSAM berhasil meningkatkan akreditasi sejumlah program studi, memperluas kerja sama dengan kampus nasional, serta mendorong pengembangan riset energi baru terbarukan — bidang yang menjadi keahliannya sejak lama.
Ia juga dikenal mendorong transparansi keuangan dan disiplin administrasi. “UNSAM harus bisa bersaing secara sehat. Tidak boleh hanya jadi penonton,” ujarnya dalam salah satu rapat senat pada 2023.
Visi Periode Kedua: Kampus Riset dan Inovasi Daerah
Kini, memasuki masa kepemimpinan keduanya, Hamdani membawa visi baru: menjadikan UNSAM sebagai kampus riset terapan dan pusat inovasi daerah. Ia ingin universitas ini tidak hanya menjadi tempat belajar, tapi juga motor pembangunan bagi masyarakat Aceh bagian timur.
“UNSAM harus menjadi penggerak ekonomi berbasis pengetahuan. Mahasiswa tidak cukup hanya belajar teori, tapi juga menciptakan solusi untuk daerahnya,” kata Hamdani saat pelantikannya di Banda Aceh.
Fokus utamanya ada pada empat hal:
Peningkatan mutu akademik dan akreditasi.
Transformasi digital kampus.
Penguatan penelitian dan hilirisasi hasil riset.
Kerja sama internasional dan industrial linkage.
Program tersebut sejalan dengan arah kebijakan nasional menuju Indonesia Emas 2045, di mana perguruan tinggi diharapkan menjadi pilar inovasi dan penggerak perubahan sosial.
Pemimpin yang Rasional dan Terbuka Kritik
Di kalangan dosen dan mahasiswa, Prof. Hamdani dikenal sebagai pemimpin yang rasional, tegas, tapi tidak kaku. Ia terbuka terhadap kritik dan mendorong budaya ilmiah yang sehat di lingkungan kampus.
“Beliau selalu mengingatkan, kalau ingin membangun universitas, bangun dulu budaya diskusi dan penelitian,” kata seorang staf akademik di Fakultas Teknik UNSAM.
Dalam beberapa kesempatan, Hamdani juga aktif mendorong keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan sosial dan riset berbasis masyarakat. Ia percaya bahwa perguruan tinggi bukan hanya tempat melahirkan sarjana, tetapi juga laboratorium sosial bagi pembangunan daerah.
Dari Langsa untuk Aceh dan Indonesia
Kini, di periode keduanya, Hamdani menargetkan UNSAM bisa masuk 200 besar universitas terbaik nasional dan memperluas jejaring akademik ke tingkat Asia Tenggara. Ia juga menyiapkan program penguatan dosen muda, pembentukan pusat inovasi energi, serta mempercepat status UNSAM menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN-BLU).
Bagi Hamdani, jabatan rektor bukan sekadar posisi strategis, melainkan amanah moral untuk membangun pendidikan di daerah. “Kita ingin membuktikan bahwa dari ujung timur Aceh pun, lahir universitas yang berdaya saing nasional,” katanya dengan nada optimis.
Penutup: Konsistensi Seorang Pendidik
Dua kali menjabat rektor tentu bukan hal mudah. Tapi bagi Prof. Hamdani, konsistensi dan integritas adalah modal utama seorang pemimpin akademik. Ia memilih bekerja dalam senyap, membangun dari dalam, dan menaruh keyakinan penuh bahwa pendidikan adalah jalan panjang menuju perubahan.
“Kalau kita membangun manusia, maka daerah akan ikut tumbuh. Itulah hakikat perguruan tinggi,” ujarnya menutup perbincangan.
Editor: VID












