INDONESIAGLOBAL, JAKARTA – Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang berlangsung Gedung BPPTIK Kemenkomdigi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu 30 Agustus 2025 akhirnya menutup babak panjang tarik-menarik kepemimpinan. Hasil pemungutan suara menunjukkan Akhmad Munir keluar sebagai pemenang dengan 52 suara, mengalahkan Hendry Ch Bangun (HCB) yang hanya meraih 35 suara.
Kekalahan ini bukan sekadar soal angka. Bagi banyak wartawan, tumbangnya HCB menjadi simbol bahwa organisasi pers tertua di Indonesia masih punya denyut kesadaran moral. Catatan masa lalu HCB yang terseret kasus dugaan penggelapan dana “cashback BUMN” selama menjabat ketum PWI tampaknya menjadi batu sandungan yang tak terbantahkan.
“Pemimpin pers harusnya bersih dari noda. Kalau masih memikul beban lama, bagaimana mungkin bisa mengawal kemerdekaan pers?” ujar salah satu peserta kongres yang enggan disebut namanya.
Sementara Akhmad Munir yang dikenal vokal memperjuangkan profesionalisme wartawan dinilai menghadirkan harapan baru. Ia dianggap merepresentasikan arus balik, yakni mengembalikan PWI ke jalur integritas, bukan sekadar kekuasaan.
Kekalahan telak HCB sekaligus tamparan bagi kelompok yang selama ini menutup mata atas problem etik pemimpin mereka. Publik menilai hasil ini sebagai pesan keras bahwa PWI bukan tempat bagi mereka yang mencoba berlindung di balik nama besar sambil menyeret-nyeret kasus lama.
Kini, bola ada di tangan Munir. Apakah ia mampu membuktikan bahwa kemenangan ini bukan sekadar peralihan kursi, melainkan momentum rehabilitasi marwah PWI? Wartawan menunggu, publik menuntut.
Editor: R Wahyudi












