INDONESIAGLOBAL, ACEH JAYA — Saat matahari pagi masih hangat menggoda dari ufuk timur, aroma ikan bakar perlahan menguar di tepian Pantai Ujong Pusong, Kecamatan Setia Bakti. Suara debur ombak bersahutan dengan gelak tawa dan obrolan hangat dari para jurnalis yang biasanya disibukkan dengan deadline dan dinamika lapangan.
Minggu pagi, 22 Juni 2025, menjadi momen istimewa bagi para pewarta tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Jaya. Mereka menggelar halal bihalal dan temu ramah, yang terasa lebih dari sekadar acara seremonial—ia menjelma menjadi ruang akrab, tempat silaturahmi dipupuk, canda dibagi, dan kebersamaan dirayakan.
Bersama mitra dari instansi pemerintah, seperti Kepala Dinas Kominsa Juanda, dan Anggota DPRK Abdul Muthaleb, dan beberapa lainnya, suasana penuh kekeluargaan mengalir begitu saja. Tak ada sekat jabatan, tak ada jarak profesi. Hanya kebersamaan.
Di luar tenda sederhana dan langit biru Aceh Jaya, para lelaki sibuk meniup arang, mengipas ikan rambeu perlahan menghitam dipanggang bara. Batok kelapa berkeretak, sambil sesekali disiram minyak oles bumbu rahasia, yang membuat aroma semakin menggoda. Ketua pelaksana, Popon Arwana, memimpin proses bakar-membakar ini dengan semangat.
Sementara itu, dari sudut lain, para ibu-ibu dari IKWI (Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia) tampak tak kalah sibuk, tengah merajang bawang, meracik sambal kecap, dan sesekali tertawa kecil melihat anak-anak mereka berlarian di pasir pantai.

“Kuah beulangong sudah siap, tinggal tunggu ikannya matang,” celetuk salah satu ibu, disambut tawa ramai. Seolah, semua lelah kerja jurnalistik sepekan terakhir luntur seketika oleh aroma masakan dan suasana kekeluargaan ini.
Ketua PWI Aceh Jaya, Hendra Sayeung, saat sambutan mengatakan, kegiatan halal bihalal ini adalah bagian penting untuk menjaga soliditas dan profesionalisme sesama wartawan.
Kata dia, ini bukan hanya ajang saling memaafkan paska Idul Adha, tapi ini juga bentuk penguatan tali persaudaraan kita. “Pers yang kuat bukan hanya soal independensi, tapi juga soal kekompakan dan kebersamaan,” sebut Hendra.
Ia berharap acara seperti ini bisa menjadi agenda rutin di PWI Aceh Jaya, sebagai ruang tidak hanya untuk bercengkrama, tapi juga bertukar pikiran, membangun kolaborasi, dan menyuarakan aspirasi dari sesama insan pers serta mitra kerja.
Selesai sambutan, acara berlanjut dengan makan bersama. Di atas terpal putih, tampak nasi, ikan bakar, sambal kecap, dan kuah beulangong, menjadi menu sajian utama. Anak-anak berlarian, suara karaoke sayup terdengar, dan langit Aceh Jaya siang itu seakan ikut tersenyum.
Ketua panitia, Popon Arwana, menyebut keberhasilan acara ini berkat semangat gotong-royong dan kontribusi seluruh anggota, tanpa sponsor besar, tanpa glamor, tapi penuh ketulusan.

“Kami kumpulkan iuran bersama, inisiatif dari rekan-rekan semua. Ini acara sederhana, tapi bermakna. Karena kami percaya, keakraban dan kekompakan adalah fondasi kuat bagi insan pers yang sehat dan profesional,” kata Popon.
Di tengah segala dinamika profesi yang penuh tekanan, momen seperti ini terasa penting. Ia menjadi jeda yang menyembuhkan, ruang yang mempertemukan, dan api kecil yang menjaga semangat kebersamaan tetap menyala.
“Semoga hubungan antarwartawan, mitra, dan masyarakat terus harmonis. Karena dari harmoni itu, lahirlah berita-berita yang berimbang dan membangun,” tutup Hendra, diiringi tepuk tangan hangat.