IKLAN
Jakarta

Dinamika TPS Waduk Cincin, Banyak Warga Bergantung Hidup dari Tumpukan Sampah

×

Dinamika TPS Waduk Cincin, Banyak Warga Bergantung Hidup dari Tumpukan Sampah

Sebarkan artikel ini
Dinamika TPS Waduk Cincin, Banyak Warga Bergantung Hidup dari Tumpukan Sampah
Foto Ilustrasi

INDONESIAGLOBAL, JAKARTA – Waduk Cincin kembali menjadi sorotan, bukan karena gemerlap wisata yang dijanjikan akan hadir di kawasan itu, melainkan karena dua suara yang saling bertentangan soal keberadaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah yang berdiri di sana.

Selasa pagi 20 Mei 2025, LSM Gerakan Indonesia Adil Sejahtera (GIAS) menggelar aksi unjuk rasa. Mereka datang dengan melakukan orasi, mendesak penutupan TPS yang dianggap mengganggu estetika kawasan dan menghambat pembangunan destinasi wisata.

ADVERTISEMENTS
IKLAN

“Papanggo harus ikut dilibatkan dalam pembangunan. Masa kampung orang bagus, kampung sendiri malah jelek?” ujar Abdurrahman, Ketua DPD LSM GIAS Jakarta Utara yang akrab disapa Bang Ambon.

“Priok sudah punya JIS, jangan sampai tercemar oleh sampah. Kalau mau bersih, semua elemen masyarakat harus dilibatkan,” sambung dia.

LIHAT JUGA:   Dituding Oplos Oli, Bos Gudang Limbah di Marunda Ngaku Difitnah dan Diperas Oknum Wartawan

Namun di sisi lain, suara yang tak kalah lantang justru datang dari balik tumpukan sampah itu sendiri. Bukan melalui pengeras suara, melainkan dari wajah-wajah lelah yang setiap hari menggantungkan hidup dari sisa-sisa kota: para pemulung, pengangkut sampah, dan warga sekitar yang bekerja di TPS.

Dedi, warga RW 06 Papanggo, tak menyembunyikan rasa bingungnya. “Yang demo itu warga mana ya? Kami di sini justru bergantung hidup dari TPS ini. Ratusan warga loh, yang makan dari sini,” katanya sambil menyeka keringat di dahi.

Bagi Dedi dan banyak warga lain, TPS bukan sekadar tempat sampah. Ia adalah ladang penghidupan, tempat terakhir yang masih memberi harapan di tengah sulitnya mencari pekerjaan di kota megapolitan ini.

LIHAT JUGA:   Plagiarisme Mengintai Pers Digital: Tulisan Investigatif Jurnalis IndonesiaGlobal Dijiplak Mentah-Mentah!

Senada dengan Dedi, Ibu seorang ibu rumah tangga yang sejak lama menggantungkan nafkah dari mengangkut dan memilah sampah—tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. “Kalau TPS ditutup, mereka mau tanggung jawab kasih makan keluarga kami?” tanyanya lirih.

Ia justru melihat TPS sebagai solusi, bukan masalah. “Semenjak ada TPS, preman-preman malah berkurang. Mereka jadi kerja, nggak nyopet atau ngerampok lagi. Hidup jadi lebih tenang,” ungkap dia.

Untuk diketahui, kisah Waduk Cincin bukan hanya soal tumpukan sampah atau rencana wisata megah. Ia adalah cerminan benturan dua kepentingan, pembangunan yang mengejar keindahan, dan realitas hidup warga yang setiap hari bergelut dengan kerasnya kehidupan kota.

Editor: RAH