INDONESIAGLOBAL, BANDA – Menyikapi tingginya kasus stunting di wilayah Aceh, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), melaksanakan program “Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting 2023”.
Program tersebut, bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, serta menjadikan keluarga sebagai sandaran pembangunan yang berdaya guna.
Selain itu, upaya pemerintah melalui BKKBN dalam menurunkan pravelensi stunting, diharapkan turun di tahun 2024.
Itu disampaikan Kepala BKKBN Aceh, Safrina Salim kepada awak media saat Konferensi Pers di Cek Yukee Coffe, Rabu 20 Desember 2023.
Safrina menjelaskan, jika pelaksanaan program Bangga Kencana, terkait penekanan terhadap penurunan angka stunting, khusus di wilayah Aceh, bedasarkan “Empat Pilar”, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kata dia, adapun sasaran dari program tersebut adalah kaum milenial serta pasangan muda, guna mewujudkan keluarga Indonesia yang berkualitas.
“Tidak bisa dipungkiri, minimnya pengetahuan ibu muda terhadap tumbuh kembang calon bayi atau janin, serta kurangnya pengetahuan terhadap asupan gizi dan pemberian ASI eksklusif, menjadi salah satu faktor penyebab, terkait tingginya kasus stunting di wilayah paling barat Indonesia ini,” tegas Safrina.
Selain itu, pola asuh yang salah, gizi kronis, anemia, sanitasi buruk, dan sebagainya juga merupakan faktor penyebab tingginya kasus stunting di Aceh.
Oleh sebab itu, tambah Safrina, BKKBN Aceh bersama pemerintah daerah, melakukan berbagai terobosan dalam menekan penurunan kasus stunting.
Adapun metode atau cara yang dapat dilakukan, untuk mencegah tingginya stunting di Aceh, yaitu dengan pemberian ASI hingga usia anak berusia dua tahun, lalu pemberian MPASI sesuai olahan dan takaran, melakukan imunisasi rutin, memantau tumbuh kembang anak.membiasakan hidup bersih dan sehat, serta memakai jamban sehat.
“Sementara, untuk program kerja yang dicanangkan oleh BKKBN, adalah gerakan DASHAT yaitu Dapur Sehat Atasi Stunting,” jelas Safrina.
Melalui progran DASHAT, tingginya kasus stunting dapat dilaksanakan dalam pendekatan konvergensi atau gotong royong bersama masyarakat dan stakeholder terkait, guna memutus mata rantai kasus stunting di wilayah Aceh.
“Dashat juga, jelas ia, bertujuan untuk memastikan pemenuhan gizi bagi keluarga berisiko stunting, di antaranya di Kampung Keluarga Berkualitas”
Tempat sama, Dr. drh. Iskandar Mirza, MP, selaku Kader Pembangunan Manusia (KPM) Satgas BKKBN Aceh, mengatakan merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa.
Jika dirunut menurut 34 provinsi, Aceh merupakan salah satu daerah dengan kasus stunting tertinggi di Indonesia dan “Prevalensi anak stunting di Aceh jauh di atas rata-rata nasional,” ujar dokter Iskandar.
“Ini merupakan tantangan besar bagi Aceh, untuk menurunkan prevalensi stunting dan tentunya harus dilakukan dari lintas sektor,” ungkap Iskandar.
Oleh sebab itu, dibutuhkan kerjasama yang baik dari masyarakat dan pemerintah, terhadap penanganan kasus tersebut.
Untuk diketahui, stunting sebenarnya sangat multisektoral, tidak hanya dari sektor kesehatan, namun supporting, juga diperlukan, seperti air bersih serta infrastruktur yang memainkan peran penting dalam pencegahan stunting.
Kekinian, pihak BKKBN Aceh berharap, dengan program penekakan dan percepatan penurunan stunting, menciptakan generasi yang tumbuh sehat dan cerdas dan terbeba dari “stunting”. (MAG)
Editor: YUD