INDONESIAGLOBAL, ABDYA – Masyarakat Desa Palak Kerambil dan Pajang Baru, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), mengeluh lokasi tempat tinggal mereka terancam amblas. Penyebab abrasi, disinyalir arus air laut, terjadi sejak pemasangan batu gajah.
Ihksan Wahyuni, Kepala Desa Panjang Baru kepada IndonesiaGlobal, Senin 30 Oktober 2023, menyebutkan selama tanggul itu dibangun, serangan abrasi ke kawasan rumah warga semakin sering terjadi.
Hal tersebut, kata dia, karena posisi tanggul menghalangi ombak masuk ke dalam muara cangkul. “Sebelum ada tanggul itu, kawasan ini aman dari abrasi.’
Sebab, air laut bebas keluar masuk ke dalam muara. “Saat ini, muara Kuala Cangkul kian dangkal, hantaman ombak berpindah ke arah pemukiman warga,” ungkap Ihksan
Menurut dia, selama ini ombak
ketinggian 3-4 meter, terus-menerus menghantam pemukiman warga. “Tanggul semula berdiri kokoh di atas permukaan, berfungsi mengurangi hantaman ombak dan pengikisan pantai, kini tertimbun pasir.”
Kata dia, sudah sudah ada 15 unit rumah warga rusak parah akibat abrasi. “Saat ini, kami perkirakan ada sekitar 10 unit rumah warga ke arah barat terancam, dan menjadi korban dari keganasan abrasi ini.”
Upaya penanganan darurat, ujar dia, telah diupayakan. “Namun belum membuahkan hasil maksimal, ombak ketinggian variasi, terus-menerus menghantam pemukiman warga.”
Terpisah, Wakil Ketua I DPRK Abdya, Hendra Fadli, menanggapi hal itu, mengaku pihaknya telah menampung seluruh keluhan warga Desa Palak Kerambil dan Pajang Baru.
Kata dia, masyarakat memohon perhatian pemerintah, sebelum kawasan ini tenggelam. Dia juga menilai, kondisi pesisir Desa Kedai Palak Kerambil, semakin amburadul.
Pun sebelumnya sudah dilakukan penanganan darurat, dengan pemasangan tanggul sementara dari Geobag (wadah berbentuk bantalan) sebanyak 620 unit.
Namun, kata dia, pemukiman warga di kawasan itu, belum bebas dari abrasi kian menakutkan. Ia menjelaskan, sebenarnya ada upaya lain, dinilai mampu meminimalisir dampak abrasi dimaksud.
“Yaitu, pembongkaran aset daerah, berupa tanggul pemecah ombak dari batu gajah, berada tepat depan mulut muara. Berjarak hanya beberapa meter dari lokasi abrasi,” tuturnya, mengulangi kata-kata warga.
Menurut dia, selama tanggul itu dibangun, serangan abrasi ke kawasan rumah warga, semakin sering terjadi. “Hal itu dikarenakan posisi tanggul, menghalangi ombak masuk dalam Muara Cangkul.”
Sementara itu, sebelum adanya tanggul itu, kawasan ini sangat aman dari abrasi. “Sebab air laut bebas keluar masuk ke dalam muara.”
Sedangkan saat ini, muara kian dangkal, hantaman ombak berpindah ke arah pemukiman warga. “Untuk apa menunggu hal masih abu-abu, jika ada yang cepat dan murah berbayar.”
Kata dia, kami sebagai wakil rakyat selalu berpihak kepada rakyat untuk perubahan dan perbaikan. “Itu dilakukan, demi kenyamanan masyarakat tinggal dilangganan abrasi pantai pesisir, di sepanjang Desa Panjang Baru dan Keudai Palak Kerambil, Kecamatan Susoh.”
Dia juga mengatakan, pemerintah tak perlau takut dan khawatir untuk pembongkaran aset daerah dan merasa menyalahi ketentuan.
“Salus Populi Suprema Lex Esto,” artinya, keselamatan rakyat dan keselamatan warga, jauh lebih tinggi daripada konstitusi itu sendiri. Apalagi, dua masyarakat berdampak abrasi itu, sangat mendukung atas pembongkaran pemecah ombak.
Dan kita, selalu siap memberikan dukungan dan rekomendasi pembongkaran aset milik pemerintah, guna pencegahan abrasi selama ini dinilai menakutkan masyarakat.
“Kami berharap, Pemkab Abdya bisa membongkar tanggul itu dan memindahkan material tanggul batu gajah ke lokasi hantaman abrasi.” Kami yakin, upaya tersebut, bisa mengamankan rumah warga hingga proses pembangunan tanggul secara permanen dilakukan,” tutupnya. (MAG)
Editor: YUD












