
IG.NET, JAKARTA – Mikraj Nabi Besar Muhammad SAW, merupakan suatu puncak spiritualitas yang paling spektakuler, ujar K.H.Muhammad Fathurrahman, M.Ag pada khutbah Jumat 17 Februari 2023.
Katanya, Israk dan Mikraj merupakan perjalanan khusus pada malam hari dari masjidil haram Mekkah menuju Masjidil Aqsa dan selanjut naik Sidratul Munthaha khusus untuk menjemput ibadah shalat dari empunya dunia dan pemilik akhirat kelak ini.
Oleh karena itu, ibadah salat yang diturunkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, merupakan kado istimewa paling besar dan sangat berharga untuk ummat Nabi Muhammad. Shalat lima waktu ini tidak diturunkan kepada ummat para nabi sebelumnya.
Menurutnya, Muhammad SAW adalah satu-satunya Nabi Besar yang diperkenankan menghadap Allah SWT, sembari menerima langsung perintah ibadah shalat. Sementara ibadah lainnya semua diturunkan melalui Wahyu yang disampaikan pengantara para malaikatnya. Oleh sebab itulah maka, ibadah shalat yang istimewa ini tidak boleh ditinggalkan meski di mana pun, kapan pun dalam suana apapun juga.
Sebagai ibadah terdepan, maka kelak di Yaumil Mahsyar pun yang paling utama diselidiki Allah SWT adalah shalatnya kita. Kalau ibadah shalat sudah beres maka dilanjutkan dengan sidang mahkamah berikutnya, ungkap sang khatib dari mimbar atas masjid negara ini.
Dalam konten khutbah Jumat ini, K.H.Faturraman ini juga menguraikan makna ibadah tasawuf sebagai ilmu mengenal Allah. Dengan mengenalnya secara mendalam, maka hambanya ini bakal memperoleh suatu hakikat dan maqrifatullahnya.
Menurutnya, segala sesuatu pikiran dan tindakan yang akan dilakukan seseorang itu, berawal dari qalbunya. Dengan demikian, setiap orang yang melihat sesuatu keunikan maupun kemegahan di dunia ini, maka hatinya langsung berkata dalam qalbunya, bahwa itu tidak lain adalah hasil ciptaanNya. Untuk itu setiap orang berkarakteristik tasawuf seperti ini, selalu terpancar di hatinya itu yang ada di langit dan di bumi adalah Allah yang menciptanya.
Urainya lagi, sesuatu itu datangnya dari qalbu, kemudian mengalir menuju pancainderanya bahwa semua ciptaan maha agung itu berasal dari Allah SWT. Untuk selanjutnya yang diraba oleh hati, ditangkap oleh pancainderanya dimanifestasikan dalam bentuk praktek berwujud peradaban hambanya.
Shalat lima waktu yang diterima Nabi untuk menjalankan amar makruf nahi mungkar. Shalat juga mengandung makna sebagai sarana untuk menghubungkan diri dan bermunajad seorang hamba dengan Allah SWT.
Sebut K.H.Fathur lagi, semua kita berasal dari Adam, karena itu dalam bertaqwa kepada Allah SWT tidak membedakan ras, kulit hitam dan kulit putih. Sama semua.
Katanya menambahkan, dua tahun setelah Mikraj, Nabi Muhammad pun berhijrah ke Madinah untuk mengembangkan syiar Allah berupa ibadah salat yang diterima langsung olehnya saat melakukan Mikraj menghadap maha pencipta.
Editor: R M Adens