
IG. NET, BANDA ACEH – Menyambut detik- detik pergantian tahun baru (old and new year) 2022-2023 Masehi nanti, harus dimeriahkan dengan acara memanjatkan doa sebanyak- banyaknya ke langit, bukan justru melepaskan kembang api ke langit.
“Untuk mendukung kegiatan ini, para orang tua harus mengawasi dan memberikan pengertian kepada putra-putrinya agar tidak terseret arus yang menyesatkan,” ungkap ustadz Abrar saat memberikan tausiah subuh di Masjid Taqwa Lhong Raya, Banda Aceh Minggu 11 Desember 2022.
Seorang Ayah harus bertanggungjawab untuk mengarah dan mengikuti perkembangan jiwa sang anaknya sehari-hari. Baik-buruknya perangai anak itu itu yang maki atau pun dipuja-puji adalah sang Ayahnya.Bukan ibunya, padahal kenyataan di kota-kota sekarang ini, yang pontang panting siang dan malam adalah ibunya, sebut Abrar.
“Coba renungkan kebenaran ini, subuh buta seorang ibu mulai memasak, mengantar jumput anak ke sekolah dan ke rumah pengajian di malam hari. Belum lagi beban tambahan dan rutinitas lain menyapu, menyuci, hingga menidurinya di malam hari,” ujar Ustadz dengan nada empati.
Untuk menumbuh kembangkan rasa cinta dan kasih sayang dalam jiwanya, seorang ibu secara ikhlas menggunakan berbagai cara dan berbagai mata, mulai dari pada mata kepala, mata hati hingga mata kaki demi pertumbuhan jiwa dan raga anak- anaknya .Sedangkan Ayah hanya mengandalkan mata pencaharian saja, tandasnya berkelakar.
Di sisi lain, perempuan hanya terbuat dari satu tulang rusuk pria saja. Makanya janganlah mereka itu dijadikan sebagai tulang punggung keluarga.
Saat memberikan tausiah, al-ustadz Abrar ini juga mengisahkan kenyataan impian kenabian, mulai Nabi Yusuf, Nabi Yakop, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Syuib hingga Nabi Isa. Di era globalisasi kini dengan semakin berkembangnya teknologi Digitalisasi, semua orang perlu menjelaskan pada generasi kita bahwa, Nabi Isa itu bukan tuhan, tapi beliau adalah seorang nabi, anak dari pada Maryam. “Jadi jangan anak kita ikut-ikutan merayakannya,” ajaknya
Katanya, semasa kenabian apapun isi mimpi tidak boleh diceritakan secara meluas. Padahal masa itu tidak ada manusia yang bisa melakukan berbagai konspirasi dan rekayasaan, semua berjalan sebagaimana kehendak Allah SWT.
Redaksi Melaporkan