
IG.NET – Judul di atas ini sengaja saya torehkan, supaya semua kita, terutama para kaum milenial. Pemuda maupun pemudinya di era kekinian di manapun berada dan kapan pun dalam setiap mengayunkan langkah mengisi dan mewarisi estafetan “negeri seribu bukit dan negeri seribu hafidz” ini selalu mengedepankan sikap keluesan dalam berpikir dan bertindak.
Keluesan yang dimaksudkan, adalah keluesan dalam segala hal, baik keluesan dalam tuntutan beragama, berbudaya, berpikir Lues, Lues bersinegis , berwawasan lues, bergaul lues, berpendikan Lues.
Warga Gayo Lues boleh berdiam diri di balik bukit yang yang terisolir, namun alur pikir kita tidak boleh terlokalisir jika kita ingin maju dan terus maju.
Warga Gayo Lues boleh bermukim di lereng bukit terjal, namun kita tidak boleh terganjal dalam peradaban demi menggapai kemajuan warga serumpun. Dalam hati kita harus terpatri sikap lebih maju dalam mengembangkan daerahnya.
Gayo Lues ditakdirkan lahir “kembar lima” dengan empat kabupaten lainnya di pesisir Barsela (Barat Selatan Aceh), maupun di pesisir Pantimura (Pantai Timur-Utara). Tiga di antaranya di Barsela, yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Nagan Raya dan ABDYA.Satu lagi Kabupaten Aceh Tamiang di Pantimura.
Kelima kembaran ini ditelurkan dari induk UU No 4 tahun 2002. Hari itu Rabu, pas 10 April 2022, Presiden Megawati Soekarno Putri mendatangani Keputusan Presidennya. Maka, sejak hari itu Gayo Lues berpusat pemerintahannya di Blangkejeren, sah masuk dalam nomenklatur lembaran negara.
Dalam sejarah peradabannya, pemuda adalah aset sangat mahal dan tidak ternilai harganya. Pemuda bagi Gayo Lues harapan dan dan impian sekaligus simbol tonggak kemajuan dalam pembangunan suatu daerah. Generasi muda menjadi komponen terpenting untuk menentukan kemajuannya ke depan.
Hal ini dikarenakan generasi muda memiliki fisik yang kuat, keilmuannya selalu update, cerdas, tangguh, kritis, inovatif dan juga memiliki tingkat kreatifitas yang tinggi selaras dengan tuntutan jamannya. Tanpa adanya peran pemuda bagi sebuah daerah akan sulit mengalami perubahan dan kemajuannya.
Kabupaten Gayo Lues merupakan salah satu kabupaten di dataran tinggi Aceh memiliki luas wilayah 5549, 41 kilometer persegi.
Negeri di perempatan jalan Ladiagalaska (Lautan India Gayo Alas dan Selat Malaka ini, mekarkan diri dari kabupten induknya Aceh Tenggara. Atau boleh juga disebut sebagai “cucunda” dari deretan kabupaten tertua di Provinsi Aceh( Aceh Tengah).
Sejak lahir di belantara Aceh, kabupaten ini terus menempa generasi mudanya sebagai asets daerah. Tekad keras ini dimulai pada masa Penjabat Bupati Gayo Lues pertama, Ir. Muhammad Alikasim.
Dia berupaya sekuat tenaganya menempa anak negerinya untuk melanjutkan pendidikan jenjang strata S-1 dan S-2. Bupati sebagai kepala daerah, boleh saja silih berganti.
Namun, program dasar dicetusnya bisa berlanjut. “Alhamdulillah,” Bupati defenitif pertama Gayo Lues, H. Ibnu Hasim sevisi dan semisi dengan pendahulunya Ali Kasim.
Ini bukti, bahwa generasi muda yang berpendidikan amat dibutuhkan dalam membawa “negeri 1.000 hafizd” ini ke depan.
Dalam usia menjelang 21 tahun, Kabupaten Gayo Lues dirasakan telah memiliki generasi muda yang tangguh di mana diharapkan mampu secara bersama bahu membahu membangun daerah yang luas wilayahnya mencapai 5.549,91 kilometer persegi. Kekinian penduduk “negeri di balik awan” ini mencapai 99.532 jiwa tersebar di 11 kecamatan.
Yang menjadi pertanyaan, sudah saatnyakah generasi muda bagi daerah yang Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) sebesar Rp63.638,387.113 ini tampil dan mengambil alih dalam kancah dunia perpolitikan dalam penyerahan simbol tingkat estafet dalam rangka alih generasi? Tentu jawabannya seberapa jauh kesiapan mereka menerima tongkat estafet tersebut?
Ini perlu menjadi pertimbangan dan analisa yang matang. Tentu peran sosok pemuda itu bukan sekedar dalam kancah politik semata, melainkan diharapkan mampu berkolaborasi dan melibatkan diri dalam berbagai hal bersinergi dengan pemerintah daerah.
Dalam istilah Gayo “Kuatas mubintang tujuh, kutuyuh ara kal pitu mata,” (red. Ke atas ada panutan, ke bawah ada yang mengikut).
Hal di atas tadi mengisyaratkan, ketika kita memiliki pemimpin yang derajatnya lebih tinggi, ada pemuda di bawahnya mampu menyokong serta membantu program-program pembangunan itu sendiri.
Pembicaraan dari berbagai kalangan muda di Gayo Lues, mereka ingin diberikan waktu dan ruang berbuat sebagai cara edukasi kematangan. “Kulle karena ibebebuk, atase karena irerurut” (red. Besarnya pemuda karena dididik, berhasilnya mereka karena dipapah).
Untuk ini, salah seorang tokoh perempuan juga pendiri Yayasan Pendidikan Bunayya, Nurhayati Sahali menjelaskan, pemuda saat ini lebih siap menghadapi tantangan pembangunan ke depan.
Bukankah dalam segi pendidikan sudah jauh lebih baik, hanya saja segi pengalaman (field of experience) nya masih minim. Begitu pun, pemuda millenial saat ini adalag generasi pembelajar cepat dan responsif selaras perubahan zaman.
“Mari berikan ruang kepada generasi muda sebagai wahana edukasi, baik untuk tataran perpolitikan maupun ikut dalam mengisi pembangunan Gayo Lues dalam arti luas ke depan. Jangan ada dikotomi antara yang tua dengan yang muda,” sebut Nurhayati.
Mantan Kepala Bappeda Aceh ditahun 2015, Prof, Abubakar Karim menegaskan, kemampuan generasi muda sekarang jauh lebih baik dan memiliki potensi dalam membangun negeri ini.
Banyak hal bisa mereka lakukan. Anak muda sekarang bukan lagi anak generasi kita, dan bukan lagi generasi millenial, mereka generasi “Z” yang serba tehnologi. Komputer ada ditangan mereka. Banyak objek pekerjaan yang bisa dilakukan secara mandiri tanpa harus bergantung pada pemerintah.
“Generasi muda dapat memanfaatkan tehnologi, produk desain dan bisa membuat berbagai hal terkait tehnologi kekinian, tinggal mereka mampu dan mau saja, mau berbuat, mau sedikit berpikir,” jelas Abubakar juga mantan Kepala Dinas Pertanian Aceh itu.
Jauharudddin Harmas, Salah seorang tokoh masyarakat Gayo berdomisili di Kutacane, Aceh Tenggara, juga mantan anggota DPRA Provinsi Aceh 1997 sampai 2009 mengatakan, para generasi muda harus ikut andil dalam kepemimpinan daerah.
Banyak anak-anak muda saat ini yang mampu memimpin daerah, dipersilakan sebagai berkiprah dalam dunia perpolitikan sebagai wahana mencari identitas diri, minimal wahana try out untk pembelajaran.
Namun, peluang untuk mengabdi bukan saja dipemerintahan. Di pemerintahan kuotanya terbatas, pengabdian di sektor luar pemerintahan cukup banyak tersedia dan memiliki peluang yang cukup besar.
Tokoh pemuda yang juga ASN di salah satu instansi di Kabupaten Gayo Lues, Ismail menyebutkan, sudah saatnya generasi muda Gayo Lues bangkit dan berkiprah, baik sebagai mitra pemerintah maupun ikut dalam perhelatan perpolitikan.
Pemuda sekarang sudah jeli melihat kelemahan- kelemahan yang ada di tengah masyarakat. Pemerataan pembangunan dan peningkatan perekonomian masyarakat mutlak harus menjadi perhatian ke depan, jangan hanya dilakukan sebagai retorik belaka.
“Saya berharap Gayo Lues dapat berubah dengan cara berbenah. Bagi masyarakatnya ditanamkan (sence of belongin) merasakan Gayo Lues ini miliknya, bukan milik sekelompok golongan. Saatnya generasi muda dan semua pihak mampu bersama-sama membawa negeri ini ke arah yang lebih baik,” jelas Mael Gaya sebutan sehari-harinya.
Penulis : Buniyamin, Koordinator Liputan ALA (IG.NET)