Jendela Ala

Maulid Nabi Muhammad SAW, Dayah Sufi Muda Lakukan Cara Unik

×

Maulid Nabi Muhammad SAW, Dayah Sufi Muda Lakukan Cara Unik

Sebarkan artikel ini

IG.NET, NAGAN RAYA – Menyambut 12 Rabi’ul Awal 1444 Hijriah, Dayah Sufi Muda Nagan Raya, Gampong Gunong Reubo, Kecamatan Kuala gelar maulid Nabi Muhammad SAW dengan cara unik membakar 1.000 lemang, Sabtu 18 Oktober 2022.

Turut hadir seluruh jamaah tarekat Naqsabandiyah Al Khalidiyah murid dari Abuya Sayyidi Syekh Ahmad Sufi Muda dari 23 kabupaten kota. Baik dalam pun luar Aceh. Seperti Sumatera Utara, Binjai, Siantar, Tapanuli Utara, Lombok Barat, Kota Pariaman, Solo, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Jakarta, dan Malaysia.

Ketua Panitia Maulid Akbar, Saifundi menyebutkan peserta mengikuti acara maulid akbar 1.000 lemang ini, dibagi dalam tujuh kontingen. Kontingen satu, yaitu Aceh Timur, Langsa, Aceh Tamiang, Medan, Bogor, Binjai, Siantar, Tapanuli Selatan, Jakarta, Malaysia.

Kontingen dua, Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Kendari, Kolaka. Kontingen tiga, Aceh Jaya. Selanjutnya Kontingen empat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulusalam, Aceh Singkil, Aceh Tenggara.

Kontingen lima, Nagan Raya, Lombok Barat. Kontingen enam, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Utara, Bireun, Lhokseumawe, Pidie Jaya, Pidie, Bangka Belitung. Kontingen tujuh, Aceh Barat, Sinabang.

BANNER
Foto : Menyambut 12 Rabi’ul Awal 1444 Hijriah, Dayah Sufi Muda Nagan Raya, Gampong Gunong Reubo, Kecamatan Kuala gelar maulid Nabi Muhammad SAW dengan cara unik. (Ist)


Kata dia, peserta membawa sendiri semua keperluan untuk bakar lemangnya, seperti buluh (bambu) dan lain-lain, sehingga lemang dibakar berjumlah 1.000 lemang.

Semuanya sangat bersemangat. Ini lah bentuk kegembiraan kita dalam merayakan kelahiran Rasulullah Nabi Muhammad SAW,” ungkap Saifundi, Sabtu 8 Oktober 2022.

Dia menjelaskan, dipilihnya lemang sebagai pengisi perayaan maulid karena dinilai representasi dari syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. “Kesemuanya saling berkaitan, dimana jika salah satu unsur tidak ada, maka lemangnya tidak akan jadi.”

Buluhnya saja, kata Saifundi, tanpa dibalut dengan daun pisang, diisi beras dan kemudian santan. “Maka tidak akan berarti apa-apa, tidak akan jadi lemangnya. Belum lagi kita bicarakan terkait tata cara membuatnya, tentu lebih dalam lagi,” terangnya.

Menurut Saifundi, lemang juga memiliki pesan dan filosofi mendalam, yaitu kesabaran, kebersamaan, dan kekompakan. Itu tiga nilai sangat penting bagi manusia.

“Dalam puncak acara maulid 1.000 lemang ini, kita tutup dengan pembacaan marhaban dan makan bersama bu kulah dan kuah beulangong,” tutur Saifundi.

 

AJI melaporkan

Editor: VID