
IG.NET, ACEH BARAT – Medali Emas Cabang Olahraga (Cabor) Sepak Bola diraih Kota Lhokseumawe, usai melawan Kabupaten Aceh Utara saat Grand Final POPDA XVI Aceh, di Lapangan Desa Cot Darat, Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, Sabtu 25 Juni 2022 petang.
Konon dikatakan, Lhokseumawe dan Aceh Utara itu merupakan daerah etnis Kerajaan Islam Samudra Pasai berdiri sekira tahun 1267 M. Dua daerah ini, dahulunya bersatu dalam satu kabupaten, yaitu Aceh Utara. Sebelum terjadinya pemekaran Kota Madya Lhokseumawe pada 21 Juni 2001.
Namun, walapun dulunya bersatu dan pernah bersama dalam satu kabupaten. Itu tak menyurutkan persaingan mereka dalam bertanding di ajang POPDA XVI Aceh, di Meulaboh.
Dua daerah berdekatan itu akhirnya melaju pada babak Grand Final. Bertanding dengan penuh sportifitas untuk meraih kemenangan di liga sepak bola berlangsung di Bumi Teuku Umar, demi memperebutkan sebuah Medali Emas.

Pengamatan di lokasi, pertandingan itu sekaligus menutup rangkaian cabor sepak bola di ajang Popda disertai dengan pemberian medali kepada para pemenang. Juara satu Kota Lhokseumawe, juara dua Aceh Utara, juara tiga Kota Langsa.
Kata Kasi Pembinaan Olahraga Prestasi Dispora Aceh, Muksalmina, S.Pd, akrab disapa, Max, sepak bola Aceh sudah memiliki kualifikasi signifikan dalam meningkatkan jiwa semangat bertarung di lapangan untuk menang,
“Baik segi persiapan event, pertandingan, serta cara dan pola dalam mengatur strategi bertanding yang berstandar nasional,” imbuhnya kepada IndonesiaGlobal.
Mengatakan, selama ini pihaknya selalu melakukan pembenahan cabang olahraga sepak bola. Sehingga akan melahirkan talenta-talenta baru dalam rangka persiapan menuju PORA dan PON 2024 mendatang, ungkapnya.
Liga sepak bola ajang POPDA Aceh :
“Berharap kepada sang juara hari ini, untuk lebih rajin berlatih agar ke depan bisa mewakili Aceh di tingkat nasional, pun internasional,” pesan Max, mewakili Pemerintah Aceh.
Senada, turut disampaikan Ketua Umum PSSI Aceh, Nazir Adam, mengakui hari ini sedang menjalankan persiapan matang untuk melahirkan tim tangguh mengahadapi PORA (Pekan Olahraga Aceh) nantinya.
“Harus kita pantau dan tingkatkan demi kemajauan olahraga. Bila ada kelemahan paska Covid-19 tiga tahun lamanya, agar bisa dimaklumi bersama,” kata dia.
Sebab, saat Covid-19 melanda Aceh khususnya, mengakibatkan seluruh daerah terjadi stagnan di bidang olahraga. Dan pihaknya belum bisa banyak berharap terhadap perkembangan olahraga sepak bola dikarenakan baru saja aktif kembali.
“Sebenarnya ini baru saja dimulai, menuju perkembangan efektifitas dalam olahraga sepak bola dan sudah terlihat ada perkembangannya selama ini,” tutup Nazir.***
MAG /Reza A. Latif Melaporkan
Editor : VID