IG.NET, ACEH JAYA – Aksi “pemboikotan” dalam bentuk ketidak hadiran DPRK pada Hari Jadi Aceh Jaya Ke 20, dikecam keras para warganya.
Kecaman, cemoohan, tudingan tidak berakhlak, bahkan pelecehan dan ketidak pahaman tentang etika dan code of counduct, kian menajam terdengar di mana-mana hampir setiap warung di Aceh Jaya.
Pengamatan IndonesiaGlobal selama tiga hari, kecaman bernada sumbang ini terus saja bergulir sejak ketidak hadiran “moncong” DPRK pada peringatan hari kelahiran Aceh Jaya. Kelahirannya genap usia 20 tahun sesungguhnya, jatuh pada10 April 2022, mengingat Bulan Suci Ramadhan, puncak peringatannya dimundurkan pada Selasa, 10 Mei 2022.
Hari itu para tokoh masyarakat non legislatif, para mukim dan para kepala desa se-kabupaten ini hadir semua. Tak ketinggalan para deklarator yang sudah sepuh pun walau dalam keadaan tertatih-tatih tetap setia hadir tanpa mengharapakan balas jasa.
![](https://indonesiaglobal.net/wp-content/uploads/2022/05/IMG-20220513-WA0002.jpg)
Sayang beribu sayang, tutur para undangan, muka mereka tidak kelihatan satu pun. Ungkapan serupa muncul lagi saat Peresmian gedung Capem Bank Aceh di Suak Beukah, Rabu 11 April 2022, tidak satu pun juga terwakili daripada anggota legislatif ini. Apa gerangan yang sedang terjadi di Aceh Jaya ini? Begitu celoteh warga sayup-sayup terdengar saat santap siang itu.
Dalam suasana penuh tanda tanya itu, sambil mengusap muka, Jamil salah seorang tokoh asal Kecamatan Jaya spontan mengatakan, “Saya paling malu Pak Adnan, dulu waktu memperjuangkan pendirian Capem ini tiga kali sidang pleno baru ada keputusan. Kini DPRK yang mewakili Dapil ini saja tak kelihatan batang hidungnya”, tukasnya sambil memukul dahinya.
![](https://indonesiaglobal.net/wp-content/uploads/2022/05/IMG-20220513-WA0005.jpg)
Tidak hanya Jamil, sebagai mantan DPRK ini yang menyampaikan kesesakannya, Teungku Amrullah Kepala Mukim Blang Dalam juga ikut mengecamnya.
Mereka tak pantas sebagai wakil rakyat tidak hadir dalam dua event ini. Terutama tidak menghadiri HUT Aceh Jaya ke 20 kemarin. Untuk apa mereka? Seharusnya jika rakyat tak bisa hadir semua, merekalah sebagai wakil rakyat, wakil kami yang semestinya harus hadir pada puncak acara HUT ke 20. Tak pantas wakil rakyat berperilaku seperti itu, tandasnya dengan nada gemas.
Teungku Amrullah Kepala Mukim :
Mendengar Ikhwal wakil rakyat seperti ini, Abdul Kadir Jailani alias Jamadi, ikut berang. Tokoh sangat berjasa dalam membangun kantor bupati dan DPRK Aceh Jaya masa darurat paska tsunami tanpa imbalan jasa ini mengatakan, ini sama dengan tindakan “bunuh diri”.
“Kita boleh beda pendapat dengan siapapun, tak terkecuali dengan bupati, tapi janganlah mempertontonkan kekisruhan ini di depan anak-anak” tuturnya. Hari jadi Aceh Jaya bukan hari lahir bupati dan bukan pula milik bupati, tapi ini hari bersejarah lahirnya Aceh Jaya milik kita semua.
“Saya tahu persis bagaimana perjuangan mereka masa itu, mobil Saya mau dibakar gara-gara tertempelnya gambar ketua pemekaran waktu itu. Saya dituduh sekongkol merobek-robek kabupaten. Sekarang siapa yang menikmati hasil pemekaran itu” ungkapnya lagi dengan jengkel.
Menanggapi aksi boikot hadir pada HUT Aceh Jaya ini, Marzuki Yusuf Lageun, mantan anggota DPRK Aceh Jaya 2004-2009 mengatakan tindakan DPRK ini bukti mereka peuileh (pelecehan) terhadap sejarah dan tak peduli terhadap buah karya leluhurnya. Ciri-ciri mereka ini adalah sebagai personal yang tidak tahu diri dan gampang melupakan sejarah dan perjuangan seniornya.
![](https://indonesiaglobal.net/wp-content/uploads/2022/05/IMG-20220513-WA0009.jpg)
Akan halnya komentar Mukim Mus Teunom, ketidak hadiran legislatif pada perhelatan historis Aceh Jaya ini malu dan memilukan. Kalau itu sebuah hajatan perkawinan, para saksi kedua belah pihak dan khadi nikah dari kuaketnya sudah datang, namun walinya tak kunjung tiba. Apa jadinya? Sementara dari segi haknya sang wali selalu diberi, sebut mukim ini geram.
Katanya lagi, “Meunyo jroh perilaku, trok lam kubu jikirem du’a, meunyo jeuheuet peurangui di ateuh kubu jisiram iek, ubena,”
M. Dan tokoh Ligan mengingatkan kita boleh berseteru, tapi bek boh palak (jangan lempar kekesalan) pada sejarah Aceh Jaya. Ingat, kita numpang hidup di dunia Aceh Jaya, makan, minum, berlehaha-leha, bergaya-gaya dari uang bumi Aceh Jaya. Tanpa Aceh Jaya, dari mana itu semua? Camkan ini wahai wakil kami di Aceh Jaya.
Menurut M. Dan ketidak hadiran atau mogok datang legislatif sebuah tamparan dan penghinaan terhadap daerah katanya. Peringatan sejarah HUT ke 20 bagian daripada kegiatan negara di daerah yang tergolong sakral, wajib dihari diundang atau tidak.Kalau secara nasional peringatan 17 Agustus di mana-nana dari desa hingga ke istana Jakarta.
M. Dan menambahkan, ibarat suami isteri bek ta peubiyeue (jangan biarkan) bercokol di depan umum, isi perut masing-masing bisa terurai.
Tokoh Aceh Jaya, Maimun Panga juga melayangkan kritikan, DPRK Aceh Jaya kurang mendalami sejarah perjuangan, makanya kecintaan terhadap “Negeri Meureuhom Daya” ini masih setipis kulit bawang. Karenanya, peringatan hari bersejarah ini terkesan disepelekan.
![](https://indonesiaglobal.net/wp-content/uploads/2022/05/IMG-20220513-WA0011.jpg)
Kalangan pemuda Aceh Jaya mengingatkan, peristiwa memalukan tidak terulang sebagai sejarah kelam. Mereka meminta ke depan para legislatif perlu dibekali dengan materi sejarah kelahiran Aceh Jaya, agar roh dan semangat juangnya serta kecintaannya tidak setipis kulit bawang lagi.
Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten menjawab
Muslim, Ketua DPRK menanggapi ketidak hadirannya pada HUT Aceh Jaya dengan ringan mengucapkan, nanti tahun depan kita hadiri.
Azuddin, hanya membaca saja dengan bukti dua contreng biru tanpa komen. Salah seorang saksi mata menyebutnya, Azzuddin sempat hadir ke kantor pagi itu, kemudian setelah telponan ke sana ke mari langsung balik kanan.
Anto wakil ketua DPRK ini menyebutnya seperti ada some thing wrong (gesekan). Sebaliknya Anasri, kepada IndonesiaGlobal seperti berpura-pura tidak tahu tentang adanya HUT Aceh Jaya pada hari itu. Anggota legislatif lainnya semua bungkam.
![](https://indonesiaglobal.net/wp-content/uploads/2022/05/IMG-20220513-WA0007-1.jpg)
Sementara, Bupati Aceh Jaya Irfan TB, saat makan siang bersama mengatakan HUT Aceh Jaya bukan miliknya, tapi milik semua warga daerah ini. Tapi ingat katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam, tanpa adanya kita tidak ada, tidak ada bupati, tidak ada DPRK, tidak ada PNS dan tidak tidak ada lapangan kerja dan pengusaha yang bercokol di sini.****
Adnan NS melaporkan
Editor : VID