Nasional

Restoran Legendaris Bawa Nama Puncak Bogor Mendunia, Kini Tinggal Kenangan

Avatar photo
×

Restoran Legendaris Bawa Nama Puncak Bogor Mendunia, Kini Tinggal Kenangan

Sebarkan artikel ini

IG.NET, BOGOR – Restoran Rindu Alam merupakan satu Ikon kawasan favorit di Puncak Bogor, Provinsi Jawa Barat paling banyak dikunjungi wisatawan dari seluruh Nusantara maupun Mancanegara pada masa jaya. Baik dari tingkat Menteri, hingga Presiden.

 

Diketahui, rumah makan legendaris berada di atas ketinggian 1.443 Meter di atas Permukaan Laut (Mdpl) ini, memiliki banyak kenangan manis, sehingga membawa nama Puncak Bogor mendunia.

 

Bahkan, lokasi itupun dinobatkan masyarakat sebagai tempat kunjungan favorit pencinta alam dan kuliner.

 

Bagi yang melintas, seakan tidak sah bila tidak menyinggahi Restoran Rindu Alam itu. Dan bukan hanya saya dan masyarakat lainnya. Dari kalangan Menteri, termasuk Presiden, salah satunya Barack Obama, Presiden Amerika ke-44 pernah menyinggahi restoran legendaris ternama itu.

 

Namun, sayang oh sayang, justru yang terlihat kekinian, restoran legendaris membawa nama Puncak Bogor mendunia itu, kini hanya tinggal nama dan kenangan saja.

Foto : Suasana dalam Restoran Rindu Alam dulunya megah, saat ini hancur tak terurus. (IGN)

 

Pengamatan IndonesiaGlobal.Net, lokasi terfavorit berada di Jalan Raya Puncak, Desa Tugu Selatan Cisarua, Bogor Jawa Barat, tampak kosong melompong terkesan tak terurus. Restoran ini resmi ditutup pada 20 Februari 2020 tahun lalu.

 

Terlihat di dalam Restoran Rindu Alam bangunannya hancur tak terawat. Puing-puing kaca-kaca tampak berserakan dimana-mana. Hati berkata, sungguh tak menyangka melihat pemandangan resto ternama itu kekinian.

Foto : Beberapa pengunjung, walaupun tidak berfungsi, bekas restoran masih menjadi lokasi favorit masyarakat berfoto. (IGN)

 

Kemudian, sekitar restoran itu juga tak lagi seperti biasa, ucap saya dalam hati. Yang mana, dulunya lokasi parkir tersebut sangat ramai dipenuhi sesak jejeran kendaraan. Baik roda empat maupun dua. Kini nyaris sepi.

LIHAT JUGA:   Sugiono: Rezim yang Tidak Bisa Urus Rakyat Sendiri Tak Berhak Komentari Kebijakan Negara Lain

 

“Hanya ada satu dua, tiga kendaraan saja,” paling banyak sekira belasan kendaraan. Batin kembali berkata. Tidak terlihat lagi riuh pengunjung dan suara kesibukan para koki sedang beraksi membuat hidangan di dapur restoran.

 

Benak berkata, hal berbeda terlihat dengan keadaan beberapa tahun silam. Sambil mengamati area sekitar, pikiran mulai terbayang mengulas kembali era masa sebelumnya saat akan memasuki area dalam restoran.

 

Dimana pada satu sudut restoran tersebut, sekira tahun 2009 dulunya pernah menjadi lokasi favorit pewarta, keluarga dan pengunjung lainnya. Dimana ada susunan kursi memanjang.

 

Saya pun kembali merefresh ingatan saya ke beberapa tahun silam. Pada tempat deretan kaca bening itu, dulunya kita bisa melihat pemandangan alam yang indah diselimuti kabut dengan semilir udara sejuk menerpa wajah saat berada di Rindu Alam.

 

Kemudian, ketika memasuki restoran itu, dengan senyuman pelayanan yang ramah, mereka menyambut kedatangan pengunjung yang singgah sembari disuguhi jamuan teh poci gratis dalam kendi berkelir gelap, antara campuran warna hitam dan coklat terbuat dari tanah liat.

Foto : Pemred IGN, saat di Rindu Alam Puncak. (IGN)

 

“Aroma teh yang khas langsung menusuk hidung.” Kala itu, kembali terbayang sate kambing muda panas disediakan dalam baki berasap warna hitam menjadi menu favorit saya dan keluarga sebagai makanan khas di Restoran Rindu Alam. Sambil melihat hamparan kebun teh lokasi khas di Puncak Bogor, kita berswafoto bersama.

 

Bila saya mengingat dan melihat kemewahan tempat ini dulu, bukan seperti yang terlihat saat ini. Justru di tempat inilah kerap dijadikan tempat akhir pekan masyarakat dari segala penjuru.

LIHAT JUGA:   Praktisi Hukum: Polri di Bawah Kemendagri Buka Ruang Intervensi

 

Termasuk saya, ujar saya dalam hati. Mengingat era tahun 2009 sering membawa handai tolan singgah menikmati menu restoran ini sambil menikmati pemandangan ribuan hektar kebun teh terhampar sejauh mata memandang.

 

Kala senja dan malam hari, tempat ini dipenuhi kabut. Berasa di “Negeri atas Awan,” kita yang domisili di Jakarta sangat langka mendapatkan suasana alam sesegar ini, tutur pewarta dalam hatinya yang tak menyangka inilah nasib mu kini Restoran Rindu Alam Puncak Bogor.

 

Asep, salah satu tukang parkir di sekitar lokasi, kepada IGN juga mengaku tak menyangka tempat ini akan ditutup, imbuhnya Jum’at 22 Februari 2022.

 

Foto : Tampak luar bangunan Restoran Rindu Alam di Puncak Bogor, Jawa Barat

 

Dia menceritakan, bahwa Restoran Rindu Alam ini sudah berdiri selama 40 tahun. Berdiri sejak tahun 1979, mulai difungsikan sekira tahun 1980. Namun sayang, disebabkan izin, restoran ini harus tutup, ungkapnya kepada IGN.

 

Namun demikian, dikatakan Asep, setahu dia rencananya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, akan menghidupkan kembali kawasan wisata Rindu Alam ini. Yang menurutnya dulu pernah menjadi ikon wisata di kawasan Puncak Bogor.

 

“Kabarnya, hal itu sangat disambut baik oleh Pemerintah Kabupaten Bogor,” Aa, (panggilan abang sunda-Red) jawab Asep.

 

Malah, kata Asep, Wakil Bupati Bogor sendiri pernah mengatakan, guna meningkatkan daya tarik wisata, atas nama Pemkab Bogor Pak Iwan Setiawan, menyambut baik rencana tersebut.

 

“Apakah nantinya menjadi tempat wisata kuliner, pusat oleh-oleh atau lainnya.” Pastinya itu akan mendatangkan rezeki bagi kami.

 

“Khususnya tukang parkir dan pedagang sekitar. Makin ramainya tempat ini, tentu itu menjadi ladang rezeki bagi kami juga,” harap Asep dengan raut wajah tak sabar menunggu resto ini hidup kembali.

 

DM. Adens melaporkan

Editor : VID

 

Mendagri Ibu Kota Negara Tetap Jakarta
Nasional

INDONESIAGLOBAL, JAKARTA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menegaskan status Jakarta masih menjadi ibu kota negara. Perubahan nomenklatur Jakarta…