IG.NET, BANDA ACEH – Fitnatun atau provokator itu selalu ada ada di mana-mana.Sejak jaman Nabi pun sudah eksis para penebar fitnah atau hoaks ini.
Pada akhir jaman seperti ini, provokator tidak lagi berekspresi melalui ujung lidahnya, melainkan telah menyusup ke bebagai lini seriingi perkembangan tehnologi informasi.Untuk itu ummat Islam perlu lebih mawas diri lagi, ujar Rektor Umuha Prof DR.Aslam Ahad, 27 Maret 2022.
Pada jaman Nabi Muhammad SAW pun di Madinah, telah ada provokator ternama yaitu Abdullah Bin Ubai, ungkap Aslam pada tausiah subuh pagi Ahad di Masjid Lhong Raya, Banda Aceh
Kelompok munafikun itu terbagi dua bila ditinjau dari kacamata Islam. Pertama, kelompok atau individu yang benar-benar seorang munafikun, dia terang-terangan aktifitasnya memang seorang munafik. Ke dua adalah model kemunafikun penyusupan dalam perbuatan nyata, sebaliknya dalam perkataan dan penampilanya kesehariannya seperti orang tak berdosa dan sangat bersahaja.
Menurutnya, Praktik yang dilancarkan provokator di Madinah ketika itu sempat tumbuh benih permusuhan yang mengarah perang saudara antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar.Padahal Madinah terkenal dengan kota suci paling aman di dunia.
Sangking jahatnya Abdullah Bin Ubai ini, salah seorang sahabat Nabi sempat meminta restu untuk menghabiskanya saat itu juga, namun Nabi SAW melarangnya. Tidak itu saja, kekesalan atas sikapnya Ayahnya yang menebar fitnah terhadap Nabi dan Ummat Islam itu, putranya sendiri juga meminta restu Nabi Muhammad untuk memenggal sendiri leher ayahnya itu daripada dibunuh orang lain, lagi-lagi Nabi juga melarangnya.
Begitu pun, saat sang provokator meninggal dunia, anaknya meminta jubah Nabi sebagai sebagai pengganti sekaligus diminta mendoakan. Semua dikabulkannya oleh Rasulullah SAW.Padahak Nabi sendiri tahu apa yang dilakukannya secara ikhlas itu Allah SWT tetap tidak mengampuni sang provokator kelas dunia ini.
Tapi ya, begitulah? Ketulusan dan kebaikan Rasulullah yang dipandang bertentangan, akhirnya Allah SWT menurunkan WahyuNya:Sejak itu Allah melarang bagi setiap ummat Islam untuk mendoakan saudaranya yang bukan seiman, tegas Rektor Unmuha itu.
Pada sisi lain Aslam mengajak kita semua berbuat baiklah dan beribadah semasa hidup, agar selamat di dunia dan di akhirat kelak.Tidak ada yang tahu kapan kita akan meninggal, kita juga tidak tahu apakah kita akan meninggal dalam keadaan Husnul khatimah atau meninggal dalam keadaan usnul khatimah?
Kenyataannya ada yang meninggal ketika bersujud, membaca Qur’an, berjalan, ada juga yang meninggal ketika sedang berzina. Nauzubillahiminzaliq!
Kata Aslam, mari seluruh ummat Islam mempersiap diri menyambut Bulan Suci Ramadhan sebagai bulan marfirah, bulah Rahmah dan pengampunan dosa. Belum tentu bulan agung ini akan mejemput kita lagi tahun depan.***
Penulis : Adnan NS
EditorĀ :